Loading...
Selasa, 02 Januari 2018

Resensi Film Catatan Akhir Sekolah (2005)


Judul : Catatan Akhir Sekolah
Genre : Drama
Durasi : 100 menit
Tanggal Tayang : 31 Maret 2005
Bahasa : Indonesia
Produksi : Roxinema
Produser : Erwin Arnada
Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis Skenario : Hendrawan Wahyudianto, Salman Aristo
Pemeran : Joanna Alexandra, Vino G. Bastian, Marcel Chandrawinata, Ramon Y. Tungka, Cristian Sugiono, Joshua Pandelaki
Sinopsis :

Film ini mengisahkan tentang masa-masa SMA yang sulit untuk dilupakan. Bercerita tentang 3 siswa biasa di SMA Fajar Harapan, ketiga siswa tersebut biasa dikenal dengan sebutan A3 yaitu Agni (Ramon Y Tungka), Alde (Marcel Chandrawinata), dan Arian (Vino G Bastian). Mereka tidak begitu menonjol di sekolahnya, sampai pada saat mereka menyadari bahwa mereka ingin dikenal dan dikenang oleh semua warga sekolah sebelum perpisahan (kelulusan). Mereka berencana membuat sebuah film dokumenter sekolah yang berisi tentang kehidupan sekolah, kejadian sehari-hari di sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masa-masa SMA. Film dokumenter tersebut akan ditayangkan pada pentas seni acara ulang tahun sekolah.
Film dokumenter yang mereka buat berisikan kejadian-kejadian di sekolah yang mungkin luput dari pengawasan guru maupun kepala sekolah. Misalnya, siswa menyontek saat ujian, siswa merokok di belakang sekolah, siswa kabur sebelum waktu pulang, bolos kelas, bahkan yang mencoba barang haram narkoba. Selain itu, film dokumenter tersebut juga menceritakan kisah percintaan, persahabatan, dan konflik yang terjadi di dalam sekolah. Mulai dari seorang yang kasar dan egois kepada kekasihnya yang diperankan oleh Cristian Sugiono dan Joanna Alexandra, suka duka pembuatan film dokumenter itu sendiri, para guru di sekolah juga tak luput dari rekaman mereka, Kepala sekolah yang korup dan genit bernama Pak Boris (Joshua Pandelaki). 
Film ini diadaptasi dari novel karya Erik Sasono dengan judul yang sama pada tahun 2005.

Kelebihan : 1. Terdapat pesan moral yang menggambarkan pergaulan bebas yang dapat merusak generasi penerus bangsa, dan arti persahabatan.
                   2. Menampilkan kegiatan-kegiatan positif di sekolah, seperti keaktifan siswa dalam berorganisasi, kegiatan ekstrakurikuler, dan lain sebagainya.
Kekurangan : Banyak kata-kata kasar dan vulgar yang diucapkan para tokoh utama.

3 komentar:

 
TOP